Senin, 18 Januari 2010

Kejahatan Perburuan Manusia di Peru - Kosmetik Dari Lemak Manusia


Berhati-hatilah bagi yang bertubuh gemuk. Larangan ini bukan terkait kesehatan. Namun, karena sedang marak pembunuhan, yang mengincar lemak sebagai bahan kosmetik. Waduh!


“Kami membongkar organisasi yang mendistribusikan cairan dan lemak manusia. Tak diragukan lagi, mereka juga menculik dan berkonspirasi untuk membunuh serta melakukan tindakan kriminal lainnya untuk bisa menyuplai lemak,” papar Kepala Kepolisian Peru, Angel Toledo, Sabtu (21/11).

Kepolisian Peru menangkap empat orang pelaku yang diduga terlibat dalam pembunuhan massal manusia. Mereka mengambil lemaknya untuk menyuplai industri kosmetik. Menurut Toledo, lemak itu didistribusikan ke laboratorium kosmetik di Eropa. “Saat ini, pihak kami masih mencari tujuh orang lainnya yang diduga terlibat, termasuk dua warga Italia,” paparnya.

Dalam video rekaman penggerebekan, polisi Peru menemukan berbotol-botol lemak yang telah dikemas dalam kardus, siap untuk dipasarkan. Di lokasi yang sama, tulang-belulang manusia juga ditemukan. Muncul dugaan, kelompok ini bertanggung jawab atas hilangnya 60 orang dari pegunungan Andes yang terpencil itu.

“Lemak manusia itu mereka jual US$15 ribu (Rp142,5 juta) per liter. Kami sudah mengintai mereka sejak lama dan keempat yang kami tahan itu sudah mengakui semua perbuatan mereka,” lanjut Toledo.

Rumor penggunaan lemak manusia sebagai salah satu bahan dasar kosmetik sudah sejak lama beredar. Namun, baru kasus ini pihak berwajib menemukan buktinya di Peru. Kasus ini pun membuat banyak orang bergidik ngeri. Sebab selama ini, industri komestik menggunakan bahan dasar lemak hewan.

Terkait masalah ini, dosen Fakultas Farmasi Monash University, Profesor Barrie Finnin mengatakan, ada alasan ilmiah mengenai penggunaan lemak manusia sebagai bahan dasar kosmetik. Terutama karena lemak manusia memang lebih baik ketimbang hewan.

“Lemak manusia terasa lebih halus di kulit, menyebar dengan lebih merata dan membuat kulit tampak lebih baik. Namun, belum ada dasar yang membuat orang percaya akan hal ini,” ujarnya.

Finnin mengaku, pernah mendengar laporan bahwa beberapa perusahaan kosmetik kecil di Eropa menggunakan lemak manusia dalam proses produksi. Namun ia tak pernah melihat secara nyata kebenaran laporan tersebut.

Menurutnya, industri kosmetik selalu menuntut pembaruan secara konstan. Hal ini menyebabkan pengenalan bahan baru akan membuat sebuah produk selalu menarik. “Produsen berlomba-lomba membuat produk mereka lebih menarik, ketimbang pesaingnya. Sehingga mereka bisa menjualnya secara berbeda. Inilah cara mereka bertahan,” papar Finnin.

Sementara ahli kosmetik dan kolumnis Amanda Foxon-Hill mengakui, pasar modern untuk lemak manusia memang ada. Namun lemak itu tidak digunakan untuk industri kosmetik mainstream. Penggunaan lemak manusia ini, lanjutnya, bisa jadi juga merupakan tuntutan dalam dunia marketing.

Pasalnya, dalam memasarkan produk, bagian pemasaran selalu berlomba menghadirkan suatu hal yang baru. “Sehingga para produsen ini tak lagi sekedar mencari minyak eksotik dari Amazon. Mereka memiliki sudut baru untuk dipasarkan, sesuatu yang spesial dan tak dimiliki secara meluas,” ungkapnya.

Kepolisian Peru pun kini menyelidiki keterkaitan pelaku dengan jaringan perdagangan manusia (human trafficking) skala internasional. Kasus ini semakin membuka mata kalangan internasional, terutama karena penggunaan kosmetik dalam keseharian, tenyata menyimpan rahasia kontroversial yang ilegal. [ast/mdr]

Sumber :
Vina Ramitha
http://www.inilah.com/berita/politik/2009/11/22/183435/kosmetik-dari-lemak-manusia/
22 November 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar